About Reviewer 리뷰어 소개
Liza Ratnasari
Liza Ratnasari
Tumbuh besar sepertinya adalah proses yang menakutkan dan sepi.¹
Adakah manusia yang tidak merasakan kedua hal itu saat dalam masa pertumbuhan? Bahkan saat usiamu sudah mencapai 30an pun rasa takut dan kesepian itu masih ada. Tidak ada yang bisa memberikan kepastian kapan dan bagaimana kita akan bisa berhenti merasakannya dalam hidup.
Tangerine Green karya Cho Nam-joo akan melempar pembaca ke dalam kisah balik mereka di masa remaja. Menceritakan empat sahabat yang sedang mengalami pergulatan batin untuk memilih prioritas mereka. Sahabat atau mimpi masing-masing. Mereka membuat sebuah perjanjian jika mereka akan masuk ke SMA yang sama yaitu SMA Shinyeojin. Namun, keempatnya sama-sama tidak yakin apakah yang mereka inginkan masuk ke SMA Shinyeojin atau tetap bersama sahabat-sahabat mereka.
Tidak hanya menceritakan apa pilihan mereka, penulis juga memberikan gambaran masa lalu masing-masing tokoh agar pembaca mendapat gambaran apa dan mengapa akhirnya mereka memilih keputusan tersebut. Sebagai seseorang yang sudah melewati masa remaja, aku sangat memahami jika masa remaja kita masih bergantung pada orang tua, sehingga kita tidak bisa mengambil keputusan semaunya. Kita tak punya banyak pilihan. Dan karena pilihan yang sedikit itulah, kita mencoba bermacam cara untuk setidaknya sekali saja melakukan apa yang kita inginkan. Perjalanan mereka dalam mengambil keputusan membuatku seperti melihat ke dalam diri sendiri di masa lalu. Aku pun pernah mengalami hal yang sama seperti mereka. Dilanda kebingungan memilih antara pertemanan, tuntutan orang tua, dan mendengarkan diri sendiri. Saat membaca perjalanan keempat sahabat ini, membuatku sadar jika masa-masa “hijau” saat remaja adalah sebuah proses yang akhirnya bisa membuatku memilih dan mengambil keputusan saat ini.
Bagian cerita yang sangat melekat padaku adalah “Sekali Lagi, Kisah Hae-In”. Agak lambat bagiku untuk menangkap maksudnya yang ternyata membongkar misteri penyebab kegagalan penerimaan Hae In di SMA Putri Garam. Setelah menyadarinya aku pun tertawa. Keempat sahabat ini benar-benar kompak dan membuatku terharu. Terharu karena mengingatkan pada kenakalanku sendiri saat remaja demi meloloskan diri dari tuntutan orang-orang dewasa dan menggapai apa yang kuinginkan.
Begitulah kita tumbuh dan berproses. Tangerine Green mengambil contoh dari perjalanan buah jeruk. Awalnya berwarna hijau, diberi berbagai nutrisi, dirawat sedemikian rupa, dan ditempa berbagai cuaca hingga akhirnya menjadi jeruk berwarna oranye yang matang dan manis. Sama halnya dengan manusia yang mengalami berbagai proses untuk mencapai titik dewasa.
1 Nam-joo, Cho. (2023). Tangerine Green, trans. Ingliana (Indonesia, Gramedia Pustaka Utama), 205.
User's Reviews 리뷰
More Content Like This
There are no reviews.